Secangkir kopi tanpa gula pastinya terasa pahit sama seperti kisah hidupku, dulu kira kira 10 tahun silam. tetesan air mata seakan akan sudah tak mau keluar lagi,betapa pahitnya hidup yang kurasakan, Sempat terbesit dalam hati apakah ini adil lantaran anak di usiaku pada saat itu merasakan manisnya gula kehidupan.
Perasaan kembang kempis Iman naik turun seakan akan menyalahkan kedua orang tua yang sudah melahirkan, namun disisi lain dengan jelas aku tersadar betapa besar perjuangan bapak ibuk untuk mencukupi kebutuhanku, dalam fikiranku bukan ini bukan kesalahan orang tuaku, lalu ini salah siapa Ya Allah tunjukan jalan kebahagiaanmu pada keluarga kami.
Aku mulai putus asa lantaran di saat itu juga teman teman seusiaku hampir setiap hari membuli dan tak mau bertemen dengan aku anak miskin, yang lebih parah lagi jangankan sekecap dua kecap omongan di dengarkan setiap mau ikut ngomong sudah di potong, Kamu ini apa kamu ini siapa sudah pergi sana ikut aja kamu ini, dengan bercucuran air mata langkah kaki setapak demi setapak melangkah menjauh dan terdengan sorakan pulang sana dari kejauhan.
Gak ada bahagia bahagianya namun rupanya orang tuaku menyadari hal itu dengan sigap memelukku dan sampil mengatakan sekarang kita susah nak besok kelak kamu kalo sudah besar akan menemukan kebahagiaan sabar nak, ucapan itu terdengar semakin merintih lalu ku mencoba memandang wajah ibuku air mata mengalir dan menbuat bulukudukku berdiri dada terasa sesak menahan pahit ini.
Setiap malam mengintip lobang dinding tetangga sudah menjadi kebiasaan, Selepas sholat Isyak asyik kayaknya menonton TV dalam fikiranku karna melihat tetangga pada asyik di depan TV., dengan mengendap ngendap mencoba menerobos lobang kecil yang ada di dinding rumah tetangga yang kebetulan dinding rumahnya pakai kayu dengan berharap satu incara mata mampu menerobos Layar TV dan benar saja bisa menerobos, Alangkah bahagianya hati ini bisa menikmati acara di TV saat itu, ingin sekali masuk rumah ikut gabung namun siapa saya hanya orang miskin yang tersisihkan.
Aktifitas itu berjalan hampir setiap hari lama kelamaan aksi teropong satu mataku ini di lketahui oleh pemilik rumah, saat acara TV sudah mulai dengan sengaja mengalihkan ke channel lain yang isinya kurang di gemari dan itu membuat saya mulai memutuskan pulang saja namun ketika mau melangkah pulang di alihkan ke stasiun TV yang di gemari tadi berjalan berulang ulang membuat dada seakan akan mau meledak nyesek, sempat terbesit dalam hati Ya Allah jika hidupku tak bermanfaat maka cabutlah nyawaku dan jika hidupku bermanfaat maka panjangkanlah umurku dan berikan nikmatmu yang luar biasa itu.
Singkat cerita saat itu usiaku menginjak 15 tahun dan mulai menginjak SMA , kebetulan saya anaknya bodoh dikarunia otak yang bisa di katakan di bawah rata rata, belajar segiat apapun dan segigih apapun tetap saja tak masuk tuh ilmu, pernah mendengar juga tausyiah saat menghadiri pengajian yang ucapannya otakmu dedel kalo bahasa jawa yang artinya kurang pintar,itu kebanyakan maksiat juga makan makanan yang g kurang jelas kehalalanya. Disitu Air mata kembali menetes maksiat apa yang sudah saya lakukan, kala itu saya mempunyai inisiatif bangun malam untuk sholat Taubat, hampir setiap malam namun masih saja otak ini dedel ( bodoh) saya bertanya tanya dalam hati apakah makanan yang diberikan orangtuaku padaku ini barang barang yang kurang jelas kehalalanya...?
Nah dari situ aku mulai bertingkan seperti detektif yang menyelidiki kasus tertentu, namun ini target orang tuaku yang saat itu dalam fikiranku prasangka buruk dengan kerjaan dan hasil yang di beriakan padaku sehingga membuatku diam diam membututi orang tuaku berangkat kerja dengan baju dinasnya. celana pendek kaos panjang agak sobek sedikit menuju kesawah, disitu saya berfikir apa iya ini pekerjaan yang tidak jelas, sampailah pukul 10.35 panas mulai menyengat sabetan cangkul mulai melemah saya melihat ayahku mengusap keringat begitu juga ibuku bercucuran keringat,Ya Allah Sungguh durhaka aku yang berprasangka buruk pada keluargaku orang tuaku yang sudah berjuang membesarkanku dengan cucuran keringat,
Aku lari dengan cepat menjauh air mata tak terbendung, disitu saya masih berusaha lagi sesampai di rumah ku mulai belajar lagi dan hasil sama saja tak masuk pula pelajaran itu. Aku mulai lelah dengan keadaan ini.
Singkat cerita satu tahun setelah itu saya mencoba memberanikandiri bertanya pak buk kenapa saya begitu bodoh sekali gini saja gak bisa, apa cobak jawaban ibuku dalam bahasa Jawa,Naaak Bapak ibukmu gak sekolah dadi yea ra iso marai sinau awakmu ( nak bapak ibuk tidak sekolah jadi tidak bisa mengajari kamu ini itu) namun goblok pinter tak jadi masalah nak insyaallah awakmu bakal nemok kebahagiaan andai kamu gak nemu kebahagiaan semoga anak cucumu nak yang merasakan kebahagiaan, Allah gak akan membiarkan hambanya hidup susah jika kita masih mau mendekatkan diri padanya.
Benar saja selang perpisahan sekolah, oh iyya dulu sempat mau putus sekolah karena gak ada dukungan kakak saya mengingat saya juga bodoh namun bapak ibu tetap kekeh menyekolahkanku, hingga tiba masa perpisahan atau wisuda SMA saya mendapat kabar kalo ada lowongan pekerjaan namun besok pagi dah harus di tempat malam itu juga saya selepas acara wisuda, dengan izin orang tua dan uang saku 20 ribu saya nekat berangkat merantau ke Surabaya saya tidak berfikir nanti sampai sana saya makan apa...? Sedangkan uang cuman cukup ongkos perjalanan.
Sampailah di surabaya bus berhenti oper angkutan umum mini disitu uang tinggal 5 ribu cukup untuk membayar angkutan umum mini, singkat nya dah sampai lokasi kantor tempat melamar kerjaan tepat pukul 06.12 saya masih ingat namun yg membuat tak terduga duga bapak supir angkot nanyain ke saya kamu baru lulus sekolah yea..?saya jawab iyya pak lalu di tanya lagi kamu disini mau ngapain saya jawab nyari pekerjaan pak, lalu pak sopir yea sudah sana berangkat nanti kesiangan , saya masih mengulurkan tangan membanyar angkot namun pak sopir malah bilang sudah buat makan kamu saja saya lanjut narik dulu nak semoga kamu beruntung.
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar kumeneteskan air mata kembali seraya bersyukur Ya Allah terimakasih engkau telah kirimkan penolong hambamu ini, lanjut saya mendaftar kerja saat itu ada tesnya, dalam hati saya dak mungkin lolos sambil melihat kertas ujian yang dalam hati ingin mundur dan pulang namun saya ingat pesan ibu saya , ucapan itu masih saya ingat, nak kamu bakal menemukan kebahagiaan percayalah, dari situ saya mulai pede mengisi soal test yang di berikan dan Alhamdulillah tak di sangka sangka saya lolos seleksi yang mana banyak dari saya anak yang pintar pintar kenapa saya bilang gitu, karena saya lihat di ijazahnya nilainya tinggi.
Waktu demi waktu berlalu perekonomian saya keluarga mulai stabil dulu yang mau mandi saja nimba di sumur dan di pikul ke rumah di masuk kan ke kiwan (kiwan itu kamar mandi yang isinya gentong lalu di tutupi karung sak setengah badan) alhamdulillah kamar mandi tembok mulai terbangun pompa air mulai ada. Makan mulai lumayan layak yang mana dulu satu piring isi nasi jagung dan nasi beras satu sendok lauk tempe setengah karena harus di bagi bagi sama kaka kakak saya juga.
Tahun demi tahun terlewati tatangga mulai berubah sikap dan mulai mendekati mulai simpati, perjuangan belum selesai kalau itu tubuhku kurus bagai ikan teri yang ada difikiranku hanya bagaimana bisa merubah keadaan perekonomian keluarga mengangkat harkat martabat keluarga.
Tak sampi itu saja ceritku
Besok kalo ada waktu luang akan saya sabung lagi ceritaku yang pada intinya bagaimanapun keadaannya kita selalu dekatkan diri pada Allah SWT insya Allah sesulit apapun keadaanmu pasti ada jalan menuju pintu kebahagiaan terbuka lebar..
Terimakasih
Penulis
M. Tholibin
1 Komentar
🥰🥰😍😍
BalasHapus